Refleksi Maulid: Teladani Nabi

Oleh: Laily Ch. S.E (Pegiat Literasi)
Beragam cara umat islam menunjukkan kecintaannya kepada satu-satunya Nabi yang kelak mereka harapkan syafa’atnya. Dialah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Manusia paling mulia yang telah membawa risalah islam dari Rabb-Nya. Hingga islam tersebar ke berbagai penjuru dunia.
Bulan Rabiul Awal ditandai sebagai hari kelahiran Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Umat islam terutama di tanah air begitu antusias menyambut dan merayakan hari kelahiran Nabi di bulan ini. Berbagai perhelatan dilakukan mulai dari tabligh akbar hingga sholawatan menghiasi masjid dan mushola di kampung maupun komplek perumahan. Semua demi mengekspresikan begitu mendalamnya rasa cinta dan kerinduan ini kepada Baginda Nabi SAW.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (QS. Al Ahzab [33]: 21)
Adalah sebuah kebenaran yang mutlak isi ayat tersebut bahwasanya Allah telah menunjukkan pada manusia bahwa satu-satunya manusia yang paling layak untuk dijadikan rujukan dan referensi segala perbuatan hanyalah Baginda Nabi SAW. Bagaimana risalah islam bisa diterapkan dalam setiap aspek kehidupan baik oleh seorang individu, komunitas masyarakat maupun dalam tatanan sebuah negara. Beliau SAW telah memberikan gambaran yang jelas penerapannya bukan sebatas teori ajaran agama semata. Sehingga islam secara praktis dapat diamalkan bahkan disebarluaskan.
Dalam tatanan individu, Nabi SAW telah mempraktikkan bagaimana menjadi hamba Allah yang taat dalam menjalankan ibadah ritual mulai dari amalan sholat, puasa, zakat, bersedekah, dan lainnya hingga mampu mengokohkan keyakinan bahwa seorang hamba harus tunduk kepada Sang Khaliq nya dan menjadikanNya satu-satunya sandaran dalam menjalani kehidupan. Selain itu, Nabi SAW juga telah menunjukkan secara praktis bagaimana menjadi seorang suami yang mendidik istrinya, bagaimana seorang ayah dalam membesarkan putra putrinya serta bagaimana seorang anak berbakti kepada kedua orang tuanya. Bahkan dalam hal makan minum pun telah Nabi SAW praktikkan dalam kehidupan sehari-hari nya yang penuh kesahajaan.
Sebagai bagian dari anggota masyarakat, Nabi SAW telah menunjukkan keshalihan moral tingkat tinggi yang diakui oleh seluruh bangsa jazirah Arab kala itu. Gelar al amin disandang olehnya tanpa perlu susah payah dengan model pencitraan ala zaman sekarang. Bahkan dalam kurun waktu yang singkat (sekitar 23 tahun) beliau berhasil dengan gemilang merekontruksi akhlak masyarakat Mekah dari akhlak jahiliah menjadi masyarakat yang berakhlak mulia (akhlakul karimah). Kota Mekah yang dulu tidak dikenal dalam sejarah peradaban manusia, menjadi daerah yang masyarakatnya memiliki akhlak mulia. Hal ini pun diakui oleh peradaban saat ini dimana seorang penulis non muslim Michael Hart telah menempatkan Nabi Muhammad diurutan pertama diantara 100 tokoh paling berpengaruh di dunia.
Sebagai seorang pemimpin dari sebuah negara islam pertama di dunia yakni Madinah, hidupnya jauh dari kemewahan. Seorang kepala negara yang hidup sederhana, tidak bergelimang harta. Di saat yang sama beliau juga menjadi seorang panglima yang menyayangi prajurit-pajuritnya. Tutur katanya lembut, berwibawa dan menyenangkan siapapun yang mendengar. Tatap matanya sejuk dan menentramkan. Setiap kebijakannya selalu dituntun Allah SWT dan tidak ada kebijakan yang menyakiti umat. Kebijakan-kebijakan beliau tidak pernah merugikan satu kelompok atau menguntungkan kelompok yang lain. Semua kebijakan ditetapkan secara adil dan bijaksana berdasarkan syariat islam secara keseluruhan. Hingga nampak islam secara praktis diamalkan di setiap sendi kehidupan baik skala individu, kelompok masyarakat hingga bernegara.
Semua telah beliau contohkan untuk diwariskan dan dilanjutkan umatnya di masa depan. Kehidupan muslim dan non muslim sangat harmonis tanpa harus koar-koar soal toleransi namun yang ada hanya bentuk diskriminasi terhadap sesama muslim hanya karena berbeda pandangan madzhab maupun bendera kelompoknya. Sungguh betapa malunya kelak umat ini dihadapan Nabi merasa paling berhak mendapatkan syafaatnya sedangkan semasa di dunia saling memfitnah, menuduh bahkan mengkriminalisasi saudara sesama muslimnya. Sudah saatnya kita meneladani Nabi dengan cara menerapkan risalah islam agar kehidupan umat islam kembali gemilang sebagaimana kejayaan di masa peradaban islam. Wallahu’alam bisshowab.