Desa

Turun Tanah, Jari Kaki Ellen Dicelupin Jenang Sengkala, Koyok Ngene Prosesine

JEPARA – Di pedesaan yang terletak di Jawa, Indonesia, terdapat sebuah budaya yang diwariskan turun-temurun oleh masyarakat setempat. Budaya ini dikenal sebagai “Turun Tanah” yang diiringi dengan tradisi unik, yaitu mencelupkan kaki balita ke dalam ketan merah putih. Ritual ini menjadi simbol pengenalan anak balita ke dalam lingkungan dan budaya yang mereka lahirkan.

Pada hari yang telah ditentukan, keluarga dan tetangga berkumpul di halaman rumah tradisional yang dihiasi dengan warna-warni bendera merah putih, mewakili kebanggaan mereka sebagai warga negara Indonesia. Hal ini mengisyaratkan bahwa ritual “Turun Tanah” juga merupakan sebuah persembahan untuk negara dan bangsa.

Sebelum ritual dimulai, seorang tetua adat yang dihormati memimpin prosesi dengan membawa seikat ketan merah putih yang telah disiapkan. Ketan tersebut melambangkan kesuburan dan kelimpahan, serta simbolik warna merah putih sebagai lambang persatuan dan semangat kebangsaan.

Masyarakat yang hadir berbaris rapi dan membentuk lingkaran di sekitar ketan. Orang tua balita dengan penuh kelembutan menggendong anak mereka, sementara tetua adat menjelaskan pentingnya ritual ini dalam memperkenalkan anak ke dalam komunitas dan budaya mereka.

Kemudian, salah satu orang tua memegang kaki balita dengan lembut dan menurunkan kaki tersebut ke dalam ketan merah putih. Mereka menganggap bahwa ketan tersebut adalah simbol tanah leluhur yang suci dan melambangkan kebersamaan serta kekuatan bersama komunitas.

Saat kaki balita mencapai ketan, suasana penuh kehangatan tercipta. Orang tua dan anggota masyarakat yang hadir berdoa dengan penuh harapan, mengucapkan doa-doa untuk keselamatan, kebahagiaan, dan kesuksesan anak tersebut dalam kehidupannya yang baru. Sambil mencelupkan kaki balita, mereka juga berbagi harapan dan kebaikan kepada anak tersebut.

Setelah kaki balita dicelupkan ke dalam ketan, mereka dikeluarkan dan dibersihkan dengan hati-hati oleh orang tua. Selanjutnya, kaki balita akan diberi saputangan kain khas Jawa sebagai tanda penghormatan terhadap tradisi dan budaya mereka. Saputangan tersebut diikat dengan rapi, menandakan bahwa balita telah resmi menjadi bagian dari komunitas dan warisan budaya Jawa.

Setelah ritual selesai, masyarakat merayakan dengan penuh sukacita. Mereka berbagi makanan tradisional, menyanyikan lagu-lagu daerah, dan menari bersama. Acara ini menjadi ajang untuk memperkuat ikatan sosial dan menjaga kesatuan serta kebersamaan di antara masyarakat.

Ritual “Turun Tanah” dengan mencelupkan kaki balita ke dalam ketan merah putih tidak hanya memiliki makna simbolis, tetapi juga memainkan peran penting dalam melestarikan budaya dan identitas Jawa. Melalui ritual ini, generasi muda diajak untuk menghargai dan memahami akar budaya mereka, serta mempertahankan nilai-nilai yang diwariskan oleh nenek moyang mereka.

Ritual ini juga mencerminkan rasa cinta dan rasa memiliki terhadap negara, karena ketan merah putih yang digunakan sebagai simbol lambang persatuan dan semangat kebangsaan. Melalui budaya “Turun Tanah” ini, masyarakat Jawa memperkuat rasa kebanggaan akan identitas budaya mereka, sambil menjaga hubungan yang erat dengan tradisi dan sejarah leluhur mereka.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button