Ekonomi BisnisHeadline

Lakukan Obeservasi dan Sharing dengan Kelompok Tani, Cara Tim Keris Dimas FTP Unej Tingkatkan Nilai Jual Rempah Desa Kesilir

JEMBER, – Masyarakat di Desa Kesilir Kecamatan Wuluhan Jember, mayoritas berprofesi sebagai petani, sehingga untuk memenuhi kebutuhan taraf hidupnya, masyarkaat di Desa yang ada di bawah kaki Gunung Manggar ini mengandalkan hasil pertanian.

Salah satu hasil pertanian yang banyak di budidayakan masyarakat di Desa Kesilir adalah rempah-rempah, seperti jahe, jahe merah, temulawak, sirih kunci, laos, serai merah, serai dapur, cabe jamu dan yang paling banyak adalah kunyit.

Namun banyaknya budidaya rempah-rempah yang melimpah ini tidak diimbangi dengan pengolahan pascapanen, sehingga menyebabkan hasil penjualan tanaman rempah kurang maksimal.

Masyarakat lebih banyak memanfaatkan tanaman rempah hanya sebagai bumbu masakan dapur, dimana rempah-rempah segar hanya nilai jual yang terbilang sangat rendah, yakni dijual dengan harga 5.000/kg, tidak ada pengolahan lebih lanjut saat pasca panen, kecuali mereka yang memproduksi jamu, itupun hanya segelintir orang.

Sedangkan rempah yang memiliki nilai jual tinggi di desa tersebut, hanya pada satu jenis rempah saja, yakni cabe jamu kering yang harganya mencapai 90.000/kg, sehingga banyak masyarakat yang menanam cabe jamu di halaman rumah, pekarangan, dan tegalan.

Hal ini yang akhirnya menarik perhatian Tim Keris Dimas (Kelompok Riset dan Pengabdian Masyarakat) Pascapanen dan Teknik Pangan (Pastekan) FTP UNEJ, yang diketuai oleh Dian Purbasari S.Pi. M.Si bersama 3 dosen dan 3 mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Unej untuk melakukan sharing pada bulan Juli 2023, bersama kelompok tani di Desa Kesilir mengenai praktik sekaligus pengolahan pascapanen rempah-rempah.

“Kami melihat, banyaknya hasil rempah di Desa Kesilir yang melimpah, namun harga jual dari rempah-rempah tersebut masih sangat rendah, yakni rata-rata hanya Rp. 5 ribu perkilonya, karena hanya digunakan sebagai bumbu dapur, hal ini juga tidak lepas proses penjualan yang dilakukan masyarakat masih tradisional,” ujar Dian panggilan akrab Dian Purbasari.

Padahal menurut Dian, jika masyarakat jeli dan memahami tehnologi, serta menggunakan tehnologi tepat guna, masyarakat bisa menjual rempah-rempahnya dengan cara lebih modern, seperti diolah menjadi serbuk, kemudian dikemas dan dipasarkan.

“Rempah-rempah kalau dijual segar dengan cara tradisional, hanya akan laku per kilonya tidak lebih dari 5 ribu, padahal, kalau mau memoles sedikit, dengan tehnology tepat guna, tentu akan memberi nilai ekonomi yang lebih, sehingga kami bersama tim tergerak untuk melakukan observasi dan analisa, selain itu, kegiatan ini juga merupakan bagian dari Impelementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi,” jelas Dian dihadapan kelompok tani dan remaja desa yang mengikuti sharing bersama Tim Keris Dimas Pastekan FTP Unej.

Hal yang sama disampaikan Sutarsi selaku anggota Tim Keris Dimas Pastekan, menurut Sutarsi, sharing yang dilakukan tim Keris Dimas bersama dengan kelompok petani dan remaja desa, untuk mengetahui persoalan-persoalan yang dihadapi oleh petani rempah di Desa Kesilir, terutama kurang maksimalnya pengolahan pascapanen tanaman rempah.

“Dari sharing yang kami lakukan, kami juga melakukan observasi dan analisa, ke beberapa masyarakat yang sudah melakukan pengolahan pascapanen tanaman rempah menjadi produk jamu, sehingga diperlukan adanya pendampingan praktik baik pengolahan pascapanen rempah-rempah” jelas Sutarsi.

Selain itu, Sutarsi juga berharap, dengan adanya sharing ini, Tim Keris Dimas, bisa belajar bersama-sama dengan petani rempah, terutama mengenai pengolahan pasca panen, sehingga pihaknya nanti juga akan menitipkan mahasiswa yang KKN ke kelompok tani di Desa Kesilir.

“Kami dari Tim Kerus Dimas Pastekan berharap dengan adanya sharing ini bisa belajar bersama-sama mengenai pengolahan pascapanen rempah-rempah agar memiliki nilai jual tinggi, setelah mahasiswa melakukan KKN, kami titipkan mahasiswa kepada Kelompok Tani Desa Kesilir untuk dapat melakukan pendampingan praktik baik pengolahan pascapanen rempah-rempah menuju Desa mandiri rempah,” pungkas Sutarsi. (*)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button